Nightmare Sisters (1988)

🌟 5/10 🌟

Setelah sebelumnya menonton Sorority Babes in the Slimeball Bowl-O-Rama (1988), saya berharap Nightmare Sisters setidaknya lebih menghibur. Masih karya dari sutradara produktif David DeCoteau, juga menggandeng para scream queen yang sama. Di film ini setidaknya Linnea Quigley, Brinke Stevens, dan Michelle Bauer lebih menarik dan memanjakan mata.

Satu hal yang tidak saya sukai dari film ini cukup vital, yakni gaya penceritaannya. Tema asrama putri memang sudah jadi langganan grindhouse era 80-90an, tapi terkadang film-film ini melupakan poin pentingnya : sebab-akibat. Plot yang amat tipis ditambah pemain yang tidak kompeten memerankan karakternya akan jadi kacau manakala cerita dibawakan secara asal-asalan.

Tiga orang remaja putri yang tinggal di asrama merasa terlalu lama menjomblo, jadi mereka memanggil tiga remaja putra untuk datang. Apa yang kemudian terjadi adalah ketiga perempuan ini kesurupan succubus dan membuat mereka haus seks. Sesederhana itu dan sesingkat itu.

Bagian terbaik dari film ini hanya 10 menit awal saja dimana Michael Sonye dan Sandy Brooke bercakap-cakap soal ghaib. Sisanya hambar, selayaknya masakan kurang garam. Entah apa yang salah, tapi saya merasa bahwa tidak ada kekuatan yang jelas dan ‘mengangkat’ film ini ke titik ‘menghibur’.

Saya awalnya merasa bahwa film-film Wynorski atau Fred Olen Ray itu sampah, tapi sepertinya sejauh ini David DeCoteau membuat sampah yang lebih sampah. Memang secara produksi cukup baik, secara teknis tidak ada masalah, beberapa humornya juga ‘kena’, tapi saya merasa film-film Dave tidak ‘menghibur’.

Kembali lagi ke perkara selera, sepertinya melihat Brinke Stevens, Michelle Bauer, dan Linnea Quigley telanjang saja tidak cukup menghibur. Film ini cukup sange, tapi tidak menghibur. Entah, pemikiran saya semakin kompleks dan merasa bahwa sange saja tidak cukup. Minimal harus ada kekonyolan yang bisa menambal bolong-bolong disana-sini.

Nonton 21 Mei 2024.