Girl Friday (2022)

🌟 1/10 🌟

Bagi sebagian pembuat film diluar sana, politik itu sebuah tema yang seksi untuk dieksplorasi. Tapi Girl Friday ternyata tidak menawarkan pengalaman yang menakjubkan. Film ini isinya tidak jelas mau dibawa kemana. 

Angeli Khang, sang ratu ‘teraniaya’—setidaknya, sebagian besar film yang dibintanginya selalu menempatkannya di karakter semacam itu—harus berperan sebagai seseorang yang memiliki power, meskipun tidak seberpengaruh suaminya. Tapi tampaknya memberikan karakter yang mendominasi untuk Angeli Khang tidak berjalan dengan baik. Aktingnya buruk, adegan-adegan dimana seharusnya ia memperlihatkan kekuatan dari karakternya tidak maksimal. 

Film ini tidak jelas kemana arahnya. Saking tidak jelasnya, keputusan-keputusan yang diambil karakternya malah jadi konyol. Awalnya film dibuka dengan peternakan, dan segerombolan orang berpakaian ala koboy masuk ke dalam bingkai kamera. Tapi percayalah, itu tidak berlangsung lama. Tidak konsisten, karena berikutnya justru kita diajak untuk memahami kehidupan sang calon gubernur yang megalomania dan manipulatif—yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan sapi, atau bahkan peternakan.

Film ini tidak meningkatkan gairah, tidak juga meningkatkan minat terhadap politik. Dangkal sekali cerita, sama sekali tidak ada hal yang ingin diselami dengan benar. Ceritanya hanya berputar-putar di urusan si calon gubernur dengan rumah tangganya yang di ambang kehancuran. 

Satu lagi, Angeli Khang itu yang paling dinanti adalah adegan nangisnya. Tanpa adanya Ratu Teraniaya memerankan orang-orang pinggiran, filmnya justru jauh lebih tidak menarik. Film yang membingungkan dari segala sisi, bahkan adegan erotisnya pun tidak bisa dinikmati. Untuk apa melakukan close up kemudian slow motion dengan musik yang sama sekali tidak cocok dengan adegannya?

Nonton 28 November 2023