Apostle (2018)

🌟 6/10 🌟

Film ini sedikit membingungkan, dan semakin lama saya menonton Apostle, semakin saya tenggelam dalam kebingungan.

Saya tahu Gareth Evans dari The Raid, atau lebih tepat lagi—saya tahu The Raid dari kakak. Apa yang saya ketahui soal Gareth Evans hanyalah Mad Dog yang ikonik dan Iko Uwais membantai gerombolan pengedar narkoba. Baru beberapa waktu lalu saya menyadari bahwa beliau ini membuat film horror.

Harapan saya tentu saja sebuah film horror yang menyeramkan, tapi juga menyenangkan. Sayangnya, dua-duanya tidak benar-benar saya dapatkan. Mungkin boleh dibilang tanggung, sekaligus hambar. Entah karena bukan selera saya, yang jelas tidak meninggalkan kesan spesial.

Filmnya soal sekte sesat, dan semakin lama film berjalan ini makin terasa seperti konflik rumah tangga. Meskipun menuju akhir ada bagian ‘unik’ yang terungkap, tapi sebagian dari film ini justru terasa tidak perlu. Ceritanya berfokus pada misi penyelamatan, tapi yang dihadirkan justru cerita yang melebar kemana-mana—dan rasanya tidak menambah kedalaman cerita.

Gaya khas Evans dalam memberikan sentuhan perkelahian juga dihadirkan, sedikit menambah daya tarik film. Sayangnya, bagian-bagian yang harusnya dramatis entah kenapa terasa datar. Entah kenapa juga, filmnya sedikit terlihat kebingungan soal kemana arah yang ingin dituju.

Beberapa lapisan film ini mungkin dimaksudkan sebagai penambah ‘kedalaman plot’, tapi sayang tidak berdampak besar. Ceritanya masih terasa dangkal bahkan dengan beberapa kali suguhan latar belakang sebagian karakternya.

Sedikit gore meski kurang maksimal dan bisa ditonton penonton awam, tidak keras sama sekali. Hal pertama yang saya lakukan setelah menonton ini adalah memutar lagu dari Within Temptation, Mother Earth.

Nonton 12 Juni 2024.