All Ladies Do It (1992)

🌟 6/10 🌟

Lagi-lagi urusan bokong semok. Saya tidak pernah meragukan Tinto Brass ketika urusannya pantat—selalu montok dan selera beliau memang lumayan bagus. Meskipun sebetulnya ceritanya selalu begitu-begitu doang alias isinya adalah seorang perempuan yang mau kebebasan dan suaminya cukup konservatif dalam urusan seks dan hubungan.

Dari tiga film Tinto Brass lain yang saya tonton, ada beberapa kesamaan konsep. Paling utama dan kentara adalah cara Tinto Brass memuaskan hasratnya sendiri dengan membuat ceritanya selalu berakhir (atau melibatkan) voyeur dan cuckold. Dari mulai The Voyeur (1994), Cheeky (2000), sampai Fallo! (2003)—semuanya punya narasi yang mirip-mirip.

All Ladies Do It memusatkan ceritanya pada Diana (Claudia Koll) yang punya suami serba konservatif, Paolo. Si suami ini tipe orang menyebalkan di tongkrongan, dan si asik sendiri—atau ‘si paling asik tuh’. Selayaknya film Tinto Brass biasanya, si Diana ini hobi ‘eksplorasi seks’ dengan ngentot bersama orang lain, dan si suami marah-marah.

Mungkin karena tema dan alur ceritanya selalu sama, saya tidak merasa ada yang spesial dengan film ini. Meskipun tetap bisa dinikmati. Misalnya begini, ada bagian dimana Diana ini masuk ke kamar Alphonse. Kamar milik si ahli ngentot ini ternyata penuh dengan lukisan, foto, sampai patung-patung pantat. Tentu saja berakhir dengan doggystyle, tapi ketika kamera menyoroti bagian-bagian ruangan yang penuh dengan ‘karya seni’—itu lumayan lucu.

Kecintaan Tinto Brass pada pantat semok memang bisa dimaklumi, tapi yang membuat geleng-geleng kepala karena kadang-kadang ia terlalu mencintai pantat. Film yang ringan, lucu, tapi juga menghangatkan hati. Sayangnya, kurang meledak-ledak seperti beberapa film Tinto Brass yang saya tonton sebelum ini.

Nonton 6 Juni 2024.