Frankenhooker (1990)

🌟 8/10 🌟

Cinta sejati itu mungkin saja ada, dan cinta sampai mati juga bukan isapan jempol belaka. Masih dalam suasana menjomblo, memiliki tontonan seperti ini agak menyebalkan. Saya menghindari tontonan romantis sejak empat atau lima bulan lalu, setidaknya sampai punya pacar lagi. Frankenhooker ternyata bukan film exploitation sembarangan karena terampilnya Frank Henenlotter diluar batas nalar. Ini adalah sebuah film romantis soal rasa cinta yang dibawa sampai mati.

Alkisah Jeffrey sedih karena pacarnya, Elizabeth, meninggal dunia. Insiden tewasnya Elizabeth juga bukan kematian yang wajar, gadis itu tubuhnya tercabik-cabik mesin pemotong rumput. Jeffrey kemudian mengumpulkan beberapa bagian tubuh Elizabeth, dan dia berniat untuk menghidupkan kembali sang kekasih. Karena saat masih hidup Elizabeth selalu ingin tampil seksi dan memiliki badan idaman, akhirnya Jeffrey mencari potongan tubuh lainnya yang sempurna dan ideal. Maka dimulailah petualangan Jeffrey dalam mengumpulkan dan merangkai Elizabeth.

Konsep ceritanya memang unik, tapi tidak terdengar spektakuler. Kisah-kisah soal Frankenstein dan berbagai macam modifikasinya bukan barang baru dalam industri film. Katakanlah Jess Franco dengan film-film dokter malpraktik seperti The Awful Dr. Orloff (1962) atau Faceless (1988) yang menggunakan tema serupa. Keunikan Frankenhooker pada akhirnya terletak pada bagian ujung : hooker

Film ini menyoroti dunia pelacuran, narkoba dan keputusasaan akan hidup. Selayaknya Jeffrey yang mencari-cari potongan tubuh lain untuk ‘merakit’ kembali Elizabeth, karakter lain di film ini memiliki kehidupan serupa. Para pelacur yang berusaha melarikan diri dari masalah hidup dengan narkoba, dan para pelanggan yang berusaha melarikan diri dari realita dengan cara pergi ke pelacuran. 

Frankenhooker bukan film pertama dari Henenlotter yang saya tonton karena sebelumnya pernah juga menyaksikan Bad Biology (2008) tapi sama menariknya. Perbedaan Henenlotter dengan para tokoh lain di dunia eksploitasi mungkin dari gayanya bercerita dan visualisasinya. Ketika DeCoteau, Fred Olen Ray atau Jim Wynorski lebih santai, Henenlotter menggarap film dengan serius. Bukan membandingkan mana yang lebih bagus atau buruk, tapi pada akhirnya karya Henenlotter dianggap ‘terlalu classy‘ untuk eksploitasi itu sendiri. 

Termasuk Frankenhooker yang membawakan cerita serius, penuh kejutan dan kegilaan yang maksimal. Berbeda kesannya dengan kebanyakan film eksploitasi pada umumnya yang dianggap ‘film malas’ karena sisi produksinya niat-ga niat. Meskipun film ini memiliki sisi visual yang cukup baik dan rapi, efek-efek muncratan darah misalnya, tapi tetap terasa hiperbolik. Hal inilah yang saya rasa menjadikan Frankenhooker spesial, ia bisa dinikmati penonton eksploitasi, tapi juga tetap tontonan yang menyenangkan untuk penonton umum. Film yang sangat baik.

Nonton 30 April 2024.

Leave a comment

Up! (1976)Up! (1976)15th Feb 2024Azi Satria
Ixcanul (2015)Ixcanul (2015)19th Feb 2024Azi Satria
Sugar Baby (2023)Sugar Baby (2023)8th Feb 2024Azi Satria
Design a site like this with WordPress.com
Get started