Beneath the Valley of the Ultra-Vixens (1979)

🌟 10/10 🌟

Persembahan dari sang baginda Russ Meyer, seorang tobrutphile, sekaligus sutradara paling konyol dalam sejarah. Kalau tidak salah hitung, ini adalah film ke-10 dari Russ Meyer yang saya tonton. Semakin banyak film Meyer yang saya tonton, rasanya semakin menyenangkan. Meski saya sendiri bukan penggemar payudara berukuran jumbo selayaknya kegemaran Meyer, tapi tetap terhibur dengan film-filmnya.

Jujur saja bahwa saya menyenangi gaya bercerita dalam film-film Meyer, atau adegan-adegan hiperbolik yang ditampilkan. Alih-alih memancing hawa nafsu, bagi saya lebih memancing gelak tawa. Beberapa adegan yang saya ingat dari film lain adalah perempuan-perempuan tobrut yang sangean dan menguras isi titit pemeran utama di Supervixens (1975), atau bagian dimana Vixen di Vixen! (1968) hampir menyetubuhi semua lelaki yang ada di dekatnya. 

Perkara tobrut sangean itu adalah signature dari Meyer, selalu ada di semua filmnya (sejauh ini begitu). Meyer tidak memposisikan perempuan sebagai mahluk lemah tak berdaya yang hanya jadi pelampiasan nafsu selayaknya film-film erotis Eropa, melainkan perempuan bisa mengontrol laki-laki hanya dengan belahan toket. Sebagian orang berkata bahwa ini adalah gaya feminisme di film-film eksploitasi pada masa itu, entahlah, saya bukan ahli di bidangnya. Satu hal yang saya pahami bahwa semua laki-laki di film Meyer selalu sial dan berada di bawah perempuan (dalam berbagai makna).

Di film ini misalnya Lamar, sang tokoh utama laki-laki yang selalu sial karena semua orang di sekitarnya sangean. Istrinya yang tidak bisa berhenti mengganggu pekerjaannya, bosnya yang memaksanya, sampai penyiar radio dan suster yang terus menggodanya. Tersiksa dalam kenikmatan, barangkali itu hal yang paling tepat untuk dikatakan. Meski sebenarnya cukup beralasan, karena titit Lamar ukurannya jumbo. 

Dalam adegan yang begitu konyol, hiperbolik bin absurd, sang istri, Lavonia, memakaikan kaos kaki untuk titit Lamar. Kalau Lamar orang Sunda, saya bisa memberikannya satu baris kalimat untuk diucapkan “Teu mahi aing make Durex mah, minimal ogé maké kaos kaki, mun henteu make sarung bantal.”

Lamar ini sangat terobsesi dengan jalur belakang, tapi sang istri mau yang normal-normal saja. Hal ini yang menjadi poin utama cerita, dimana Lavonia berusaha dengan segala cara agar Lamar bisa tertarik untuk main jalur depan. Keseluruhan film ini adalah gelak tawa dari satu adegan ke adegan lainnya, dan saya bisa memasukkan film ini ke dalam top 5 film Russ Meyer.

Hanya saja, tema utama cerita film ini berkaitan dengan hal-hal dewasa. Alangkah baiknya ditonton bagi yang cukup umur karena selain lebih bisa menangkap ceritanya, juga karena topiknya mungkin sensitif di masa sekarang. Perubahan zaman membuat film ini sepertinya akan sedikit kontroversial karena ada bagian-bagian yang mungkin menyinggung dan tidak lagi bisa ditertawakan di masa ini.

Nonton 6 April 2024.

Leave a comment

Dickshark (2016)Dickshark (2016)3rd May 2024Azi Satria
The Return of Swamp Thing (1989)The Return of Swamp Thing (1989)8th Apr 2024Azi Satria
The Demons (1973)The Demons (1973)12th Mar 2024Azi Satria
Design a site like this with WordPress.com
Get started