Salakab (2023)

🌟 6/10 🌟

Hari ini saya menonton dua film dari sutradara Roman Perez Jr. dan senang rasanya. Dalam rangka marathon nonton semua film yang ada Angeli Khang-nya, saya menemukan bahwa Roman Perez Jr. mungkin memiliki gaya yang sedikit berbeda dalam penyutradaraan.

Salakab ini menjadi contohnya. Saya tidak akan banyak omong soal adegan erotis disini—lha wong itu yang dijual—tapi secara thriller, mungkin thriller psikologis lebih tepatnya, film ini sangat menarik. Saya jadi ingat sebuah kata-kata mutiara dari kartun favorit kita semua, Spongebob, yang katanya “Ironi di atas ironi.”

Suka sekali dengan karakter-karakter yang didesain sedemikian rupa. Arthur utamanya, yang memainkan posisi paling penting dalam film ini. Dia bukanlah tokoh ‘heroik’ tanpa cacat yang bisa bersabar sepanjang waktu, dan pada akhirnya meskipun ada ganjalan untuk mengakuinya, kelakuan Arthur sedikit masuk akal. Sedikit. Bayangkan dengan semua yang dia lakukan dan dia alami, bohong kalau keadaan hatinya masih baik-baik saja.

Hal lain yang saya suka adalah teknis pengambilan gambar dan warna yang ditampilkan begitu ‘eksotis’. Berbeda jauh dengan film-film Vivamax sebelumnya. Nah, yang saya suka lainnya adalah betapa film ini berusaha menampilkan sesuatu yang mengganggu secara moral maupun secara visual. Meskipun bisa dilakukan lebih baik lagi, tapi ini hal yang sudah sangat baik, mengingat biasanya hal-hal semacam itu selalu dianak tirikan dalam film-film erotis. 

Semua karakter yang ada dalam Salakab adalah sosok-sosok abu-abu. Mereka lepas dari belenggu cap pahlawan atau penjahat yang membosankan, melainkan manusia-manusia yang dinamis dengan segala kerumitannya. 

Sedikit trivia bahwa Salakab artinya bubu, semacam alat dari bambu yang digunakan untuk menangkap ikan oleh nelayan. Mungkin ini adalah metafor untuk kehidupan Lena yang dibelenggu oleh pemikiran kolot dan konservatif orang-orang disekitarnya, yang mengikat dan mengurungnya untuk bisa meraih impian pergi ke Manila. 

Salakab berusaha membangun kompleksitas cerita dengan premis yang sederhana : seorang perempuan ingin sekolah ke Manila untuk mengejar sarjana akuntansi, sementara keluarga dan lingkungan di tempat ia tinggal cenderung menganggap perempuan tugasnya cuma di kasur, dapur dan sumur. Buat apa sekolah tinggi?

Hal terakhir yang perlu diberi komentar adalah adegan erotisnya—tentu saja—karena itu yang diutamakan oleh film-film sejenis ini. Adegan-adegannya cukup baik, bahkan adegan pembuka film termasuk sesuatu yang cenderung ‘estetik’ dan menonjol, dengan latar laut dan deburan ombak. Sebenarnya adegan-adegan lain juga baik, hanya saja sebagian rasanya terlalu dipaksakan dan ditaruh di tempat yang kurang cocok.

Salakab menjadi film yang baik, membawa pesan dari kaum marjinal soal impian dan kehidupan yang lebih layak, tapi juga membawakan pesan bahwa ‘too much love will kill you‘ seperti kata Queen. Lumayan disturbing, dan tokoh Arthur yang membuat perasaan jadi nano-nano saat menontonnya.

Nonton 28 November 2023

Leave a comment

Imprint (2006)Imprint (2006)6th Apr 2024Azi Satria
Chopping Mall (1986)Chopping Mall (1986)28th Feb 2024Azi Satria
Kuntilanak 2 (2007)Kuntilanak 2 (2007)7th Feb 2024Azi Satria
Design a site like this with WordPress.com
Get started